Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pola masyarakat yang
heterogen sebagai akibat arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan
pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan
dan objek wisata di daerah Garut.
Orang Belanda yang berjasa dalam pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa-jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota Garut, yakni jalan Holle (Jl.Mandalagiri) dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-alun Garut.
Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel-hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut , yaitu Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel.
Di luar Kota Garut terdapat Hotel Ngamplang di
Cilawu, Hotel Cisurupan di Cisurupan, Hotel Melayu di Tarogong, Hotel
Bagendit di Banyuresmi, Hotel Kamojang di Samarang dan Hotel
Cilauteureun di Pameungpeuk. Berita tentang Indahnya Kota Garut
tersebar ke seluruh dunia, yang menjadikan Kota Garut sebagai tempat
pariwisata.
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar